<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8495426\x26blogName\x3dPikiran,+Cerita,+dan+Perjalanan+Saya\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://latiefs.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://latiefs.blogspot.com/\x26vt\x3d-3212747536842318622', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Friday, October 13, 2006

Berkah di Sisa Malam


Suara musik, berpadu dengan getaran ponsel beradu dengan meja, membuatku tergeragap. Secepat ini, sudah waktu sahur. Aku alfa, tadi alarm yang biasa aku set-up di angka 03.30, aku geser menjadi 00.30. Mundur 3 jam, karena aku pengen menyalakan mesin air. Maklum, sejak kekeringan melanda, mesih hanya berbunyi mengantar angin. Aku tunggu dibawah tower. Aliran air sporadis, mungkin tiap 2 menit baru tercampak segenggam. Ah, kekeringan yang selalu kuberitakan itu menimpaku juga akhirnya.

Pagi, dengan mata terkantuk aku periksa lagi mesin. Masih mengaung, dan tentu saja panas. Tetangga mengusulkan, "dalemin aja". Memang, lima tahun tinggal di kontrakan itu, belum pernah ada upaya pendalaman sumber air. Padahal tetangga, sudah bermain di angka 40 meter. Kami tetap 20 meter.

"Dalemin aja! Kata yang mudah. Biaya operasional tidak terlalu mahal. Lalu, tanpa proses administrasi. Betapa "enaknya" hidup di negeri liberal ini, Sobat. Bayangkan, dulu waktu di Norwich, kami meminta landlord memasang pintu di lorong samping menuju pintu belakang, lebih dari 3 bulan baru terwujud. Rupanya harus ada izin pemda, verifikasi, izin tetangga. Lalu, hanya bengkel yang ditunjuk saja yang boleh mengerjakan.

Tolong, jangan bayangkan kerumitan ini terkait dengan upaya KKN. Izin Pemda, dan izin tetangga itu untuk kemaslahatan umat. Karena lorong itu dipakai juga oleh orang lain. Sedang verifikasi, apakah pemagaran tidak mengganggu upaya penyelematan jika terjadi kebakaran. Rumit deh. Coba disini, mau bangun monggo, bahkan mendirikan bangunan di tanah bukan milik sendiri saja, sah-sah wae. Bebas.

Kebebasan yang dianalogikan Kyai Sejuta Umat, dengan tingkah seorang penumpang kapal. Sang penumpang membayar tempat di dek paling bawah. Karena malas naik turun ke kamar mandi di bagian atas, ia lobangi saja dinding kapal. Ketika ditegor penumpang lain, ia marah: "Aku sudah bayar bagian ini, terserah mau aku apain". Padahal, ketika air masuk kapal, bukan si penumpang itu saja yang tenggelam, tetapi seisi kapal.

Nah, masih mau enak sendiri, dan membiarkan orang lain kekeringan?

4 Comments:

At 9:00 PM, Anonymous obati chikungunya said...

salam sejahtera sob, artikelnya bagus dan enak dibaca senang berkunjung ke sini

 
At 12:28 AM, Anonymous mirna fitriani said...

makasih gan infonya menarik sekali, mudah2an saja infonya bisa bermanpaat, amin.

 
At 12:31 AM, Anonymous Apotek Herbals said...

Terimakasih, Semoga Bermanfaat

 
At 4:39 PM, Anonymous Obat Ejakulasi Dini Paling Mujarab said...

Terimakasih, Semoga Bermanfaat

 

Post a Comment

<< Home

Pikiran, Ucapan, dan Perjalanan Saya Gambar perjalanan lain, klik disini