<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8495426\x26blogName\x3dPikiran,+Cerita,+dan+Perjalanan+Saya\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://latiefs.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://latiefs.blogspot.com/\x26vt\x3d-3212747536842318622', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Saturday, August 06, 2005

Eiffle, I'm Not on Top

Kami terbangun oleh suara alarm. Pagi sudah meninggi, padahal satu dari kami, Ratih, akan ke Jerman pagi ini. Kami terkapar kelelahan rupanya. Seharian kemarin berkeliling Champ Ellysees, Musee du Louvre, dan mengunjungi Chateau Versaille, istana Raja Louise XIV. Malamnya karena ingin melihat hari berganti di menara Eiffle, kami nyaris ketinggalan kereta terakhir. Dari Eiffle ke Saint Denis, perlu ganti Metro 3 kali. Artinya, kami deg-degan 3 kali, berkejaran juga 3 kali. Untung ini bukan di Inggris. Jika tidak, bisa2 gambar kami yang berlarian di kereta bawah tanah dengan ransel di punggung, diburu Scotland Yard. Syukur semuanya sesuai jadwal, meski tiba dengan kelelahan yang sangat. Merci, terima kasih waktu.

Sedianya, kami juga akan ke Jerman. Tapi beberapa teman di Paris bilang, Jerman kota yang kaku bila dibanding La France yang feminine. Namun bukan itu pertimbangan kami, sehingga batal ke Jerman. Soal rasa, pasti berbeda bagi setiap orang. Ini hanya soal waktu, sehari termasuk perjalanan, apa yang bisa kami peroleh. Belum lagi, Paris est une grande villa, sehingga masih banyak yang belum kami lihat.

Sebelum lanjut bertamasya, tiket pulang harus dimajukan beberapa jam. Beberapa jam harus dibuang untuk ini. Pelayanan yang lambat, terkadang sambil menelpon, juga antri yang tidak teratur. Dari kacamata orang Jakarta, Paris terlihat teratur. Tapi tidak, kalau dilihat dari kacamata sebagai warga Inggris. Biasanya orang Paris, akan menjawab, "C'est Paris!". Tak ubahnya orang Medan, yang bangga bilang: "Ini Medan, Bung!"

Kurang afdhol rasanya, bila tak menziarahi Napoleon Bonaparte di Musee de L'armee, dan kembali ke Eiffle. Menyaksikan ribuan manusia menyemut berebut naik ke menara. Aku sapu pandang berkeliling. Eiffle, Trocadero, Ecole Militaire berada dalam satu kompleks besar. Tanpa pagar. Dibanding Monas, pemerintah Perancis menghemat dana ratusan juta untuk membangun pagar.

Sebagai negara maju, Paris tentu saja akrab dengan pembangunan. Hebatnya, mereka tidak mau mengganggu kondisi kota tua. Bangunan modern, ditempatkan agak keluar, di La Defense. Namun, bangunan menjulang itu tetap diberi sentuhan artistik. Tak melulu tataan bata dan baja belaka.

Gerimis dan waktu menghentikan segala karsa. Kami harus pulang, meninggalkan Paris yang manis. Juga Oom Yo (d/h Suryo), guide cum fotografer cum pemilik B&B, dengan segala hospitality-nya. Aku merapal doa, agar kembali suatu saat. Paris, Au revoir!

2 Comments:

At 11:11 PM, Blogger mpokb said...

kalo di betokaw deg2an senantiasa ya mbah.. ngejar2 metromini atawa bus, hehehe...

 
At 5:45 AM, Blogger loper said...

duh ... jalan jalan mulu si mbah neh .. :) pulang mbah .. :P

 

Post a Comment

<< Home

Pikiran, Ucapan, dan Perjalanan Saya Gambar perjalanan lain, klik disini