<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8495426\x26blogName\x3dPikiran,+Cerita,+dan+Perjalanan+Saya\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://latiefs.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://latiefs.blogspot.com/\x26vt\x3d-3212747536842318622', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Wednesday, March 22, 2006

Seribu Air Seribu Masalah

Kokok ayam menyeru-nyeru membawaku bangkit dari peraduan. Diluar, pagi masih kelam. Semakin paripurna untuk melanjut tidur, karena hujan titik merintik. Tapi gegas aku berdiri. Ada sesuatu dari perut yang paling dalam, yang meronta ingin melesak. Sesaat, aku sudah berada dalam permenungan. Menikmati salah satu karunia dengan penuh ikhlas. Selesai, kubasuh tangan dengan sabun cair antiseptik. Di pagi yang masih buta ini, peracunan air dan bumi telah kumulai.


Beberapa jenak, aku mulai mandi. Diawali menggunakan shampo, lalu sabun. Selesai, aku mengoleskan deodoran ke bawah ketiak, memakai tonik untuk rambut yang mulai masuk musim autumn, menumpahkan body splash, dan menyemprotkan parfum. Di kamar mandi, Ari mulai byur..byur. Pastilah ia menggunakan bahan kimia yang lebih banyak. Pun nanti, dalam hal mengolesi badan serta rambut.


Disaat kami berkemas, mbak Siti sang bedinda, sudah datang dan memulai aktivitas yang tak kalah seru. Merendam cucian dengan deterjen, mencuci piring, mengepel lantai dengan cairan pewangi, menggosok lantai kamar mandi, mengusir lalat dan nyamuk dengan semprotan, mengkilatkan kaca, memoles meja, dan nanti menyetrika pakai cairan pewangi.


Nah, di pagi hari saja, 3 orang warga bumi sudah menggunakan air berliter-liter dan 25 (7 + 10 + 8) bahan kimia yang meracuni air dan udara. Dulu di sewaktu di Arab, pihak hotel memamasang pesan di dekat gantungan handuk. Bunyinya kira-kira begini: “Ada jutaan handuk yang dicuci setiap hari. Itu membutuhkan ribuan liter detergen dan ribuan galon air. Sayangilah bumi dan anak cucu. Jika anda berkenan, jangan buru-buru mengganti handuk”. Sebagai sebuah pesan, tentulah ia mendapat berbagai tanggapan. Ada yang bilang, ini akal-akalan pihak hotel, agar mereka tak mengganti handuk setiap hari.




Pinggir sungai Norwich dan York, UK


Pagi ini di radio, aku mendengar : Ada 100 juta rakyat Indonesia yang tidak mempunyai akses kepada air bersih. Padahal, setelah udara, air adalah kebutuhan dasar kedua yang paling dibutuhkan manusia. Akibatnya banyak warga yang tinggal di bantaran kali, mengotori kali yang sudah kotor menjadi semakin kotor


Padahal setting kota-kota lama, selalu berpusat di dekat air, sang sumber kehidupan. Sayang, kota-kota macam itu, tersisa di negara maju sana. Disana, sungai adalah sumber kehidupan, keindahan, dan kenyaman. Sementara kita. Jawablah!

2 Comments:

At 3:43 AM, Anonymous Anonymous said...

hemm... sebagai per-orangan yg peduli dengan air bersih dan udara bersih , menanam pohon dihalaman rumah dgn harapan semoga sedikit membantu mengatasi udara dan air bersih uh..uh uh..*bingung* bener gitu gak eyang ???

 
At 12:02 AM, Blogger loper said...

saya udah membantu program tersebut kok, saya mandi sehari sekali agar lingkungan tidak tercemar oleh deterjen .. siapa mau ikut berkampanye kayak saya ? :D

 

Post a Comment

<< Home

Pikiran, Ucapan, dan Perjalanan Saya Gambar perjalanan lain, klik disini