6 Bulan di UK
Trafalgar Square, London
How are you
Are you all right.
Its good to meet you again.
I hope you are all fine
Ada sedikit hal berbeda pada cerita kali ini. Ada bahasa Inggrisnya. Bukan mau gagah-gagahan. Tapi mau menjadi penanda, bahwa bahasa ini adalah salah satu hal membahagiakan yang aku peroleh setelah berada di UK. Dan hari ini, kami genap 6 bulan berada di UK, ditandai dengan mendaratnya pesawat British Airways di bandara Heathrow, London, 15 September tahun lalu.
King's College, Cambridge
6 bulan di UK. Ada senang ada sedih. Salah satunya soal bahasa itu tadi. Senang, karena sekarang sudah pedelah berbincang sama orang. Padahal awal tiba dulu, wii..., malu-maluin. Coba, kayak waktu mau naik bis ini.
+ University, please (menyebut tujuan)
- Seventy three
(Aku dengarnya dia menyebut "cemetery")
+ No, not cemetery, but university
- Yes, s-e-v-e-n-t-y t-h-r-e-e..
Sedih, karena sudah 6 bulan, rasanya kok masih "gini-gini aja nih". Gimana mau ngelamar BBC, CNN, UNDP, etc. Tapi aku harus bersyukur, sebab yang aku peroleh meski sedikit adalah rahmat luar biasa. Keberangkatan ke UK ini, adalah kekuatan pemaksa, force majeure agar aku belajar bahasa. Sekarang aku menjadi jurkam "belajar bahasa" kepada kawan-kawan dan keluarga. Supaya tidak sesal kemudian tiada berguna.
Centenary Square, Birmingham
6 bulan di UK. Setengah jalan sudah terlalui. Senang karena sebentar lagi pulang. Bertemu sanak saudara dan handai taulan. Bertemu pecel lele, tahu, tempe, pete. Sedih, karena akan bertemu kemacetan, ketidak-teraturan, ketidak-amanan, ketidak-nyamanan. Disini, keteraturan itu membuat jam tidur berkurang. Kalau di Jakarta, semua kesempatan digunakan untuk tidur. Termasuk di bis ketika berangkat dan pulang. Soalnya, badan dan pikiran sangatlah lelah. Bayangkan, setiap pagi, aku masuk kerja jam 7. Tapi bisa berangkat naik bis yang jam 6.40. Soalnya, perjalanan tanpa macet itu hanya 20 menit (jarak yang kalau ditempuh dengan jalan kaki kl. 1 jam).
Artinya, waktu dan tidur semakin berkualitas. Tidak banyak terbuang hanya karena kemacetan. Maka waktu untuk membaca dan main internet pun semakin banyak. Oh ya, ini "kesedihan" satu lagi. Saat aku menulis cerita ini, azan sedang berkumandang. Bukan dari mesjid, tapi dari internet.
6 bulan lagi, semoga lebih banyak senang ketimbang sedihnya.
Well, that's all for now, see you later...
2 Comments:
ketika pulang, bolehkah saya berguru pada Eyang?:-)
adzan ... pertama kali merantau ke malang saya juga pernah menitikkan air mata waktu mendengar suara adzan ... membawa saya kembali ke rumah .. untuk kembali sholat berjamaah ...
Post a Comment
<< Home