Derma Hidung Merah
Hari ini banyak perempuan di rumah sakit berbaju merah. Lucunya, di hidungnya terpasang bulatan hingga menyerupai badut. Tak cukup, rambutnya dipasangi temali warna warni dominasi merah, dan wajah digambari. Juga merah. Sepengingatanku, pada hari-hari biasa sebagian dari mereka jelita. Tapi hari ini, cukup untuk mengundang tawa.
Oho.. rupanya hari ini, 11 Maret, hari “Hidung Merah” atawa Red Nose Day. Acara ini kalender 2 tahunan, yang dirayakan di antero Inggris Raya, juga Australia. Sambil berkeliling mempertontonkan hidung merahnya, mereka menyodorkan kotak sumbangan.
Red Nose Day digagas oleh komedian Inggris Lenny Henry, untuk menciptakan dunia yang damai bagi semua. Acara ini dikenal juga sebagai comic relief, pengumpulan dana dengan cara gembira ria. Berbagai macam acara dilakukan untuk menyemarakkannya. Seperti fun run, lomba lari dengan kostum unik, bahkan ada –maaf—berdansa telanjang di siang bolong.
Dua tahun lalu, acara ini menangguk dana masyarakat 61 juta Pound (kl 1 trilyun rupiah lebih). Jumlah ini menggemukkan kocek panitia Red Nose Day menjadi 337 juta Pound (kl Rp. 5,7 Trilyun rupiah. Ada 7000 proyek yang ditangani comic relief. Mulai dari Aids, homeless, korban konflik dan perang, hingga korban kekerasan rumah tangga. Tahun ini, fokus bantuan, adalah korban tsunami Asia, dan kelaparan di Afrika.
Orang Inggris memang tergila-gila kepada derma. Berbagai cara atraktif mereka lakukan untuk meraup dana. Hebatnya, mereka tak hanya menadahkan tangan. Kemarin, di rumah sakit juga, ada 2 tentara dari detasemen kesehatan, mencari dana dengan menyemir sepatu siapa saja. Aku geli melihatnya. Teringat di Indonesia. Bukankah tentara dari detasemen serupa yang memukuli awak LSM Farid Faqih hingga babak belur? Pernah juga, ada nenek-nenek dengan pakaian senam, seolah dia masih remaja belia saja, berjoget mengikuti musik hip hop, untuk dana kanker.
Tapi jangan kecewa. Di Jakarta sana, pengumpul dana juga cukup menarik. Memasang drum ditengah jalan, mbak-mbak dan mas-mas memegang alat penjaring ikan, ditemani pula lagu-lagu. Atau bermodal kotak kayu, tape dengan kaset dakwah, maka: "Bapak-bapak, ibu-ibu, ...... raihlah sorga". Sungguh sebuah kata yang tak cuma atraktif, tapi menjanjikan.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home