Orang Miskin Dilarang Sakit

Syukurlah, kata Pak SBY, salah satunya bila mengikutkan program kompensasi, justru akan mengurangi kemiskinan. Jargon ini pun dijual lewat "iklan layanan pemerintah" yang dilansir Freedom Institute milik Aburizal Bakrie. Pemerintah sudah menyiapkan dana kompensasi superbesar, Rp. 17,8 Trilyun.


Aku bermenung lama, sambil memandangi resepsionis jelita melayani calon pasien di Rumah Sakit Norwich. Disini, pengobatan gratis. Maka, untuk mendapatkan kamar, berlaku sistem reservasi. Pasien menginap, datang dengan membawa surat panggilan. Ah, seandainya bangsaku yang dilayani macam itu. Pastilah kaset lagu Iwan Fals berjudul ambulan zigzag tak laku :
Suster cantik datang mau menanyakan
Dia menanyakan data si korban,
Dijawab dengan jerit kesakitan
Suster menyarankan bayar ongkos....pengobatan
Hai sungguh sayang korban tak bawa uang
Suster cantik ngotot lalu melotot dan berkata
Silakan bapak tunggu dimuka
Hai modar aku.....hai modar aku
Jerit si pasien merasa kesakitan
Akhirnya, hai orang miskin, dilarang sakit!!!!
Dia menanyakan data si korban,
Dijawab dengan jerit kesakitan
Suster menyarankan bayar ongkos....pengobatan
Hai sungguh sayang korban tak bawa uang
Suster cantik ngotot lalu melotot dan berkata
Silakan bapak tunggu dimuka
Hai modar aku.....hai modar aku
Jerit si pasien merasa kesakitan
Akhirnya, hai orang miskin, dilarang sakit!!!!
3 Comments:
tak, sekalian aja yuk kita revisi lagunya Meggy Z: "daripada sakit hati, lebih baik jangan sakit..." (sakit gigi aja mahal biayanya, ongkos naik semua)
Tempo hari sempat liputan di RS Pasar Rebo, Bang. Itu RS jadi contoh swastanisasi RS di Indonesia. Nantinya semua RS akan seperti itu. Kata direksinya gak ada swastanisasi, yang ada korporatisasi. Orang aja yang salah kaprah.... Tarifnya konon sesuai Perda, tapi sempat ketemu pasien yang ngeluh karena harga obat yang lebih mahal dari apotik di luar RS, padahal obatnya sama!
Eh, btw, shut-box doodle-board-nya mati tuh, skr no free charge anymore... aku balik ke oggix
Post a Comment
<< Home