<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8495426\x26blogName\x3dPikiran,+Cerita,+dan+Perjalanan+Saya\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://latiefs.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://latiefs.blogspot.com/\x26vt\x3d-3212747536842318622', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Tuesday, April 19, 2005

Bukan Pejabat Kampungan

Aku baru saja menyelesaikan tugas membersihkan pojok lobby, saat mata tertumbuk pada dua sosok yang sedang mengobrol. Aku merasa familiar dengan wajah keduanya. Setelah scanning dan tuning ingatan sejenak, aha..!, yang satu Charles Clarke, dan lainnya Ian Gibson. Clarke sering nongol di tipi dan koran. Sebab ia adalah Menteri Dalam Negeri dan petinggi Partai Buruh. Gibson, sebulan lalu, datang ke rumah sakit ini, mengikuti rapat karyawan yang menuntut kenaikan gaji. Mereka adalah Member of Parliament (MP) Inggris, daerah pemilihan Norwich. Istilahnya mereka sedang pulang kampung menengok rumah sakit. Apalagi, masalah kesehatan (NHS) merupakan soal sensitif yang menjadi tema kampanye saat ini.

Tapi sungguh keduanya bukan pejabat kampungan yang harus disambut. Tak ada keriuhan berarti, meski sedang ada tamu "besar". Berdua mereka ngobrol seperti keluarga pasien belaka. Tak ada pejabat rumah sakit yang mendampingi. Aku penasaran. Aku ikuti apa saja yang mereka lakukan. Di pojok, ada seseorang yang menurut naluriku, pengawal tertutup. Lalu, ajudan mendekat. Agaknya memberi tahu mobil sudah ready. Mobilnya Clarke, Mendagri itu, jenis MVP merk Ford. Mereka, Clarke, ajudan, dan sopir pun pergi, tanpa vorijders dan sirene memekakkan telinga. Akan halnya Gibson, karena hanya MP bukan Menteri, ngeloyor tanpa ajudan. Mungkin ia nyetir sendiri, karena gaji sopir amatlah besar disini. Waktu datang menghadiri rapat karyawan sebulan lalu, ia juga datang tanpa disambut. Malah disuguhinya cuma minum air putih, dengan menuang sendiri dari botol ke gelas plastik.

Betul-betul negara "tak beradat". Bayangkan kalau ini di Indonesia. Paling tidak sang menteri membawa kepala biro humas, kepala dinas kesehatan (karena ini kunjungan ke rumah sakit), bupati lokasi rumah sakit berada, kapolres, dandim, dua polisi bermotor gede, satu truk polisi, dan puluhan ajudan bersafari. Rumah sakit akan menyeleksi perawat yang kinclong (atau bila tidak tersedia, menyewa artis lokal), serta tak lupa mendirikan tenda, memesan katering, dan musik kibod. Wong pejabat, je. Masak tak disambut. Dimana kesopanan dan kesantunan itu.

Berapa besar negara ini menghemat biaya dan waktu, dengan menghilangkan tradisi sambut menyambut ini. Aku masih berdiri menerawang dari balik dinding kaca yang lebar, saat bahuku dicolek. Supervisor memintaku mengelap meja resepsionis. Duh, jam istirahat masih lama.

3 Comments:

At 8:35 PM, Blogger loper said...

Negeri antah berantah yang kita benci, tapi kita sendiri tidak lebih baik dari itu :) .. salam

 
At 2:50 AM, Blogger Intan Bayduri said...

wah..kalau ditempat ku lebih parah lagi, camat sakit masuk RS sambutannya goyang dombret artis lokal, ya..sapa tau dikasih tontonan begitu bisa sembuh :P
Oh iya satu lagi, di lingkungan tempat ku tinggal yang masih kental budaya betawinya, kalau ada undangan nikah bahkan khitan si mpunya gawe pasti lebih bangga kalau menyisipkan kata2: Turut mengundan: ketua FBR, damdim 1, kapten A, ketua RT, RW, lurah, dll. Agaknya jabatan2 seperti itu disini punya kuasa, setidaknya merasa berkuasa, soalnya kalau dateng ke pesta suka petantang - petenteng. Mungkin gak sih ini bukan budaya tempatku doang? jangan2 seluruh negeri ini memang begini (gue ngomongnya ngelantur ya? hihihi, maap deh, soalnya kecapean habis blogwalking keliling kampung nih:P)

 
At 8:29 PM, Blogger mpokb said...

kalo jalanan di jakarta gak polusi dan gak macet, pada mau naik sepeda gak ya..?

 

Post a Comment

<< Home

Pikiran, Ucapan, dan Perjalanan Saya Gambar perjalanan lain, klik disini