<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8495426\x26blogName\x3dPikiran,+Cerita,+dan+Perjalanan+Saya\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://latiefs.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://latiefs.blogspot.com/\x26vt\x3d-3212747536842318622', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Saturday, April 30, 2005

Di Halte itu Kutunggu

Berlari kecil, aku bernyanyi: Ku berlari mengejar bis kota/ berlomba-lomba saling berebutan/ untuk dapat tempat yang nyaman....//. Aku memang sedang berlari mengejar bis, bukan untuk berebutan, bukan pula untuk sebuah tempat duduk yang nyaman. Tapi mengejar waktu. Ya, waktu. Disini, jadwal kedatangan bis di halte teratur. Dan itu artinya, ekspektasi tiba di tempat tujuan juga teratur. Ada sih melesetnya. Tapi biasanya, deviasinya kurang dari lima menit. Makanya, pemandangan orang berlari menuju halte, searah maupun berlawanan dengan arah bus, adalah pemandangan lazim. Kadang geli melihatnya. Sekaligus mengagumkan

Mengapa harus lari?. Itu pertanyaan awal dulu. Tokh bisa stop aja dimana suka. Bukannya sopir itu butuh kita. Seperti semboyan yang banyak tercantum dalam stiker: "Anda perlu waktu, kami perlu uang". Ternyata o ternyata, kita butuh waktu, sopir tak butuh uang. Sebab ia digaji flat, ada tiada penumpang. Jadi, sopir bis hanya memburu waktu tiba di halte sesuai menit dalam daftar yang ia pegang. Waktu menjadi panglima tertinggi, yang menjadi patokan bersama.

Melihat ini sambil mengenang, halte di Jakarta ternyata potret buram bagaimana sebuah sistem dibangun dan dijalankan. Bagaimana pun, disini pembangunan halte bukan proyek semata. Melainkan dibangun berdasarkan survey, agar bermanfaat maksimal, dan tidak menimbulkan kemacetan. Makanya ada halte yang jaraknya dengan halte lain jauh, ada pula yang berdekatan. Ada yang dibangun di bagian jalan yang dibuat ceruk, ada pula yang di pinggir jalan saja. Berbeda, berdasarkan kebutuhan lokasi.

Nah, itu untuk pembangunan infarstruktur. Bagaimana dengan penggunaan. Pemandangan di halte menunjukkan budaya berkelas tinggi. Penumpang menunggu, antri, bebas coretan, bebas pedagang, dan bus berhenti persis. Inilah gambaran kesadaran berkesinambungan. Penumpang tak menunggu diluar halte, sebab itu melanggar aturan dan bus tak akan berhenti. Bus tidak akan mengangkut penumpang diluar halte, sebab melanggar aturan, dan takut ditangkap. Polisi, tidak akan menggunakan aturan ini untuk pat gulipat dan pritt jigo, sebab itu melanggar sumpah jabatan, dan kinerjanya diawasi oleh warga yang menggajinya lewat bayaran pajak. Elok. Sementara, di Jakarta, aku pernah diusir sama PKL yang menjadikan halte sebagai kios, karena dianggap menghalangi dagangannya dari pandangan calon pembeli. Duh!

Suatu masa, aku berbincang dengan Cak Nur. Cerdik cendekia itu bilang, bangsa ini susah untuk maju, selama belum mematuhi hal-hal kecil, seperti lampu merah. Aku juga terkenang Paman Deng Xiao Ping. Katanya, "Dengan sistem, orang paling jahat pun tak akan berbuat jahat. Tapi tanpa sistem, orang baik bisa berbuat tidak baik, bahkan menjadi jahat." Maka dengan membangun sistem yang tepat, dan hukum bukan lagi macan kertas, mungkin orang berpikir ulang untuk berbuat sesuatu yang melenceng.

Sebagai rahayat, sahaya hanya bisa bertutur hal yang tiada berat. Hanya tentang halte. Namun, keteraturan halte akan mengeliminasi kemacetan. Dan, sahaya percaya, keteraturan sistem secara keseluruhan, akan memberantas kemacetan lain, termasuk kredit macet. Semoga.

1 Comments:

At 8:03 AM, Blogger loper said...

wah .. kalo digaji flat .. jadi males dong maju mundurin jam di jalan .. jadinya lempeeeeng aja nyopirnya ... heheheheehehe ( pengalaman jadi kondektur sih ) :P

 

Post a Comment

<< Home

Pikiran, Ucapan, dan Perjalanan Saya Gambar perjalanan lain, klik disini