<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8495426\x26blogName\x3dPikiran,+Cerita,+dan+Perjalanan+Saya\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://latiefs.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://latiefs.blogspot.com/\x26vt\x3d-3212747536842318622', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Monday, May 02, 2005

Bacalah, atas Nama Kemajuan

Ruangan 8x6 meter itu senyap. Padahal di dalamnya, ada sekitar 16 orang yang sedang beristirahat. Aku banting pintu sedikit keras, lalu menarik kursi dengan sebat, tapi tak cukup memancing untuk membuat mereka menoleh. Semuanya asyik dengan makanan, dan bacaan. Sesekali terdengar suara gemeresek kertas dibalik, ditingkahi kriuk kripik kentang. Selebihnya senyap. Padahal mereka teman sekerja yang sudah saling mengenal. Padahal ini adalah jam istirahat, saat bebas dari belitan rutinitas pekerjaan. Kenapa tidak bercengkerama, mengobrol, tertawa terbahak melepas suntuk.


::Membaca:: adalah pemandangan rutin di banyak tempat. Bus, ruang tunggu, terminal, kedai kopi. Tak heran, di kota Norwich yang lebih kecil dari Depok ini, ada banyak toko buku, perpustakaan umum, serta penjual koran dan majalah. Ditambah lagi, tebaran toko derma (charity shop) yang menjual aneka buku murah.


Sekolah tenda di Aceh


Aku ingat di kotaku Rantau Prapat, Sumatera utara sana, dulu ada dua toko buku. Ketika mau berangkat ke Inggris tahun lalu, aku pulang. Ternyata tinggal satu. Itu pun sudah menjadi separuh. Separuh toko lainnya, dijadikan rumah makan dan kedai kopi. Padahal, sebagai penghasil karet, kota ini tergolong menengah ke atas. Agaknya, ini mencerminkan, budaya makan lebih populer ketimbang membaca.


Sedangkan bagi orang sini, makan juga harus sambil membaca. Jadi, istirahat makan siang itu mereka gunakan untuk membaca. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawan memiliki banyak alasan. Aku amati, mereka bisa membaca sambil makan karena menunya adalah setangkup roti, sebungkus keripik kentang, dan buah. Wajar. Coba, kalau makan siangnya ayam bakar, rendang, sambel terasi, dan makan pakai tangan. Alamat, itu buku berminyak dan bau terasi.


Ah, itu hanya alasan bisa-bisanya aku saja. Mari kita galakkan membaca. Selamat Hari Pendidikan Nasional. Semoga bangsa ini menjadi bangsa terdidik. Salah satunya, dengan banyak membaca.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

Pikiran, Ucapan, dan Perjalanan Saya Gambar perjalanan lain, klik disini