Pemilu Lalu, Penuhi Saku
Lelaki itu keluar dari pondokannya. Mengenakan topi yang ditarik dalam hingga menutupi sebagian muka, ia menenteng kertas yang digulung menyerupai terompet. Lalu lewat kertas yang dimaksudkan sebagai pengeras suara itu, ia berteriak: "Dumber student vote for Tory". Hanya itu. Ia pun masuk kembali. Mahasiswa yang sedang melintas menuju polling station (TPS), atau asyik bermain bola senyum-senyum saja. Tak ada yang membalas, mengangkat tinju, atau menghunus clurit.
Pemilu di Inggris, jauh berbeda dengan pemilu di tanah air. Wajar kita menggelarinya pesta demokrasi. Sebab suasananya ramai bak pesta. Ada umbul-umbul, ada mudik, ada tenda. Sedang disini, semuanya serba sederhana. Seperti TPS di kampus UEA, hanya mengambil tempat di sebuah ruang pertemuan. Di dekat rumah kami, di bangunan bekas pub. Kotaknya tak mengkilap. Pasti bekas pemilu sebelumnya. Kertas suara hitam putih. Tak ada saksi, tak ada pemantau. Pelaksananya hanya beberapa orang, bertugas mendata dan membagikan surat suara. Garing. Sederhana. Sekaligus hemat.
Jangan-jangan kita juga bisa seperti ini. Menggunakan kotak suara bekas, komputer dapat sewa, surat suara sederhana. Jangan-jangan panitianya yang ogah ini berlangsung sederhana, agar dikira telah sukses mengerjakan gawe besar. Atau jangan-jangan, sengaja menciptakan banyak peluang untuk mark-up dana, bancakan. Jangan-jangan ada banyak korupsi pada pemilu itu. Jangan-jangan malah sudah ada yang ditangkap.
Pemilu telah lalu. Tony Blair dan Partai Buruh kembali ke bangku kuasa. Besok mereka akan mulai menyusun kabinet. Sedangkan Tory dan Liberal Demokrat akan kembali menyusun agenda perlawanan oposisi. Semua bekerja. Demi Inggris Raya. Kita? Pemerintah yang awalnya diduga bakal diterpa banyak "masalah" di parlemen, karena Partai Demokrat yang mendukung SBY minoritas, kini melenggang nyaris tanpa awasan. Partai Golkar, partai pemenang pemilu, kini digenggaman Yusuf Kalla. Dan yang lebih penting, hampir semua partai "bekerja" keras mendongkel sesama, demi jabatan Ketua Umum. Jangan-jangan demokrasi kita masih ecek-ecek. Entahlah!
5 Comments:
aduh eyang ... kapan lagi sih bisa ngakalin orang se indonesia kalo gak pas ada pemilu ?
setelah pemilu, sekarang yg rame pilkada mbah.. pokoke milih teruss..
This comment has been removed by a blog administrator.
Habis pilkada ada pilkita (pemilihan ketua karang taruna) kalo yang ini lebih ayem tentrem hehehe...
Demokrasi ecek2? loh..memang mbah, baru tau ya?
Lagipula seperti mas Loper bilang, pemilu itu juga ajang nyambi2 cari duit tambahan,yaa.. nambah2 uang supaya "asap dapur" terus menyala..kalo perlu sampai meleduk! hehehe...
Oh iya..omong2 lagi online ya malem ini mbah?
Post a Comment
<< Home