<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8495426\x26blogName\x3dPikiran,+Cerita,+dan+Perjalanan+Saya\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://latiefs.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://latiefs.blogspot.com/\x26vt\x3d-3212747536842318622', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Wednesday, April 26, 2006

The Butek Airline

Kami makan berlauk klakson. KFC di terminal 1 Bandara Soekarno Hatta, tempatnya asik. Terbuka. Tapi mobil, bus, taksi dibawah sana berebut tempat tak sabaran. Aneh, tak jauh dari sini, di Terminal 2 sana, pembagian parkir sudah ok.

Namanya makanan cepat saji, makannya juga kudu cepat. Kami pun check in jauh sebelum jam H. Soalnya sewaktu beli tiket, agennya sudah wanti-wanti, jika telat 45 menit saja, tiket sudah dijual untuk penumpang go show. Boardinglah kami satu jam sebelum jadwal 19.15.

Menunggu, aku pandangi logo besar Adam Air, The boutique Airline. Sambil membayangkan, besok pagi sudah sarapan di rumah mamak. 15 menit sebelum jadwal terbang, belum juga diminta naik, aku tanya. Santai mereka menjawab, "telat. Ini sudah seharian. Masalah operasional". Kalau udah seharian, kenapa tadi waktu check-in tidak diberitahu ya. Aku kembali duduk sambil bersungut. Tak lama, baru ada pengumuman. Just information. Bukan permintaan maaf.

Seolah telat itu biasa. Mungkin memang biasa. Lihatlah, mereka sudah menyiapkan box berisi 2 potong kue, yang segera diserbu penumpang. Gilaning, ada juga extra joss. Mungkin.. agar kuat menahan amarah. Aku pandangi wajah2 penumpang lain. Semua tenang, tidak ada yang risau, apalagi marah. Jangan-jangan lucu, jika aku protes. Konsumen memang selalu menjadi pihak yang dirugikan. Padahal dalam relasi produsen dan konsumen, produsen adalah entitas terbesar, karena memegang hak regulasi. Mestinya hak ini dibarengi tanggungjawab besar, bukan wewenang besar saja, seperti menjual tiket begitu penumpang terlambat.

Aku hanya bisa kesal. Bukan aku sok Inggris, sok tepat waktu. Tapi jadwal perjalananku akan buyar, jika ada salah satu yang terkendala. Perjalanan pendek 2 hari, membuatku harus membuat itenerary yang ketat. Aku sudah pegang tiket KA Medan-Rantau Prapat. Waktu memesan tiket ke Medan, beberapa hari sebelum berangkat, aku ditertawakan Ari, “Ini bukan Inggris, mate”. Maksudnya, di Inggris itu biasa kita lakukan. Semua perjalanan harus diatur dengan ketat. Karena yakin, nyaris tidak ada yang meleset.

Setelah ikut-ikutan minum extra joss, akhirnya pukul 20.40, telat 85 menit, kami terbang juga. Berdoa agar selamat, dan kereta api terlambat berangkat. Tibalah di Polonia pukul 22.45. Bergegas ke stasiun KA. Taksi tiba pukul 23.05 dan mendapati pelataran stasiun yang melompong. Terang saja, jadwal KA khan 22.45. Uh..

Kami lalu mencari alternatif. Menginap dan berangkat besok pagi, atau carter mobil. Tengah malam itu, dapat mobil yang mengantar ke Rantau Prapat, tapi harus membaya full 7 penumpang x Rp 75 ribu. Sudahlah, itu jumlah yang setara jika harus menginap. Bukankah lebih cepat sampai, lebih banyak waktu bercengkerama. Gara-gara the boutique airline, eh gara-gara 85 menit jumlah pengeluaran melipat. Gimana turis mau datang ke Parapat yang indah itu, jika jadwal pesawat --moda angkutan termahal-- saja jika tidak pasti.

Setelah terkantuk-kantuk selama 5 jam di jalan yang tidak sepenuhnya mulus, kami tiba. Disambut dengan derai tawa, senda gurau kerabat. Dua tahun tidak pulang, pohon kekerabatan itu semakin rimbun. Dulu cuma sampai ranting keponakan, kini keponakan itu pun sudah bercabang. Aku sudah bercucu. Ah, aku semakin senja rupanya.

4 Comments:

At 10:42 PM, Anonymous Anonymous said...

udah biasa mas, Adam air memang dmeikian adanya...

 
At 10:54 PM, Blogger mpokb said...

lho, bukannya memang sudah mbah2..? mbah cendana? :P

 
At 10:11 AM, Anonymous Anonymous said...

best regards, nice info
»

 
At 3:32 PM, Anonymous Anonymous said...

Very nice site! tennis racquet and ball asian tits Jeep cherokee floor mats online consultation united states pharmacies pain relief

 

Post a Comment

<< Home

Pikiran, Ucapan, dan Perjalanan Saya Gambar perjalanan lain, klik disini