<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8495426\x26blogName\x3dPikiran,+Cerita,+dan+Perjalanan+Saya\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://latiefs.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://latiefs.blogspot.com/\x26vt\x3d-3212747536842318622', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Wednesday, May 11, 2005

Tak Lekang Oleh Senang

Pagi. Dingin. Di atas bus yang nyaman. Cara terenak menikmatinya adalah memejam mata. Jangan harap terlelap. Perjalanan hanya 30 menit. Lalu, biasanya memasuki kawasan kampus, bus sering direm sontak. Biasanya, ada tupai atau kelinci iseng menyeberang sembarang tempat, dan tanpa lihat kiri kanan. Dasar hewan. Mencoba memejam lagi. Ada getar di saku celana. Siapa yang pagi-pagi begini sudah bersilaturrahmi. Padahal tadi istri segera melanjut tidur setelah aku pergi. Dilayar tak ada nomor tercatat. Pasti dari Indonesia. Disana saat ini hampir pukul 1 siang.

"Alloww... Mister Siregar," suara renyah Indah, teman bekas sekantor, memecah pagi. Mungkin ia iseng, karena suntuk mencari tamu untuk program Metro Hari Ini.
"Lagi di tube ya mas,".
"Lagi di bus, disini khan gak ada tube".
"Gak takut dicopet nih ngeluarin hape"

Kami lalu terbahak bersama. Indah pernah tinggal di Australia, dan pastilah ia tau bagaimana amannya bus dibanding di Jakarta. Lagian, siapa juga yang mau dengan Siemens S-45 yang sudah uzur, layar retak, dan sering mendadak mati sendiri itu. Di depanku, ada yang bersayang-sayangan dengan PDA-Phone. Disebelah ada yang mantuk-mantuk mendengarkan musik dari i-Pod. Melihat bebasnya penumpang memamerkan barang elektronik, suatu kali dikepalaku terlintas ide "Operasi Senen". Mencopet. Bagaimana caranya ya. Bukankah kondisi paling oke buat operasi ini, saat berdesakan dan impit-impitan. Batal. Merampok. Bagaimana caranya keluar dari bus. Pintu hanya ada satu, di depan. Menggunakan sistem elektronis dengan kendali di sopir. Memaksa sopir agar membuka dengan menodong. Pasti dia tidak takut, karena posisinya aman, dilingkupi kaca. Dan ini satu lagi, kamera CCTV yang siap menghamburkan gambar. Gak jadi ah.

Kata "gak takut dicopet" itu pun terngiang. Memang salah satu "kesenangan" saat ini adalah rasa bebas dari ketakutan. Tak cuma di bus. Tapi juga di kota, di stasiun, dan di rumah. Nyaris tidak ada rumah yang memakai teralis disini.

Kewaspadaan pun tak terasah. Ada lagi rasa yang hampir hilang: iba. Kapan melihat anak kecil mengamen di terik matahari. Kapan bersua anak kecil yang dijemur oleh seorang ibu, demi mengharap belas orang lalu. Kapan melihat pengemis renta, yang kelelahan hingga terduduk di trotoar bermandikan debu jalanan.

Aku tak ingin rasa waspada dan iba itu lekang hanya karena kesenangan sesaat. Akan tiba saatnya harus kembali ke negara tercinta. Bersua dengan segala realita itu. Setiap malam, aku memelihara dengan membaca koran ini. Setelah berita utama, opini, aku selalu melongok rubrik Metropolitan. Membaca saudara sekandung saling bunuh demi warisan, maling ayam dibakar massa, tukang ojek digorok. Ah, Indonesia-ku.

4 Comments:

At 8:36 PM, Blogger loper said...

kapan indonesia bisa aman seperti itu ya ?? nunggu perutnya pada kenyang ya ?

 
At 10:39 PM, Blogger Intan Bayduri said...

tapi kondisi di Indonesia ini ada segi positifnya loh eyang kakung :))...kita2 ini jadi lebih aware, dan jago berantem heuheue, tahan banting dan sedikit banyak..mandiri. Mana ada sih di negara lain anak umur 3 tahun udah cari makan di metromini, tertatih2 baru bisa jalan, pegangan belakang kursi penumpang sambil bernyanyi (hiks..inget kemarin :(( ). Bisa disebut having a good self defense?? gak tau juga ya... :)

 
At 9:02 AM, Blogger Ahmad Husein said...

Tak, syukurlah, perasaanku senantiasa terasah. Pemandangan anak kecil dengan kecrekan, atau ngesot di lantai krl ekonomi sembari menadahkan tangan, atau kwartet tunanetra jalan briringan di pakuan pasca st. depok sambil nyanyi lagu tahun 50-an pake suara 1 sampe 4, plus copet tradisional tapi penampilan lebih intelektual, masih jadi makan malamku... Can't wait you seeing this again, bro...

 
At 5:21 AM, Anonymous Anonymous said...

salam kenal,
saya yg termasuk "lari" dari hiruk pikuknya jakarta. Mungkin karena saya punya anak kecil, jadinya memikirkan untuk tinggal di jkt saja perasaan saya sudah tidak nyaman. Apalagi disini (tokyo) saya bisa membiarkan anak saya bermain sendiri atau bersama teman2 kecilnya tanpa kuatir. Saya biasa pulang dari kampus tengah malam -naik kereta dan sepeda- dg menenteng kamera DLSR saya. Bahkan seorang teman yg ketinggalan laptop di kereta pun bisa mendapatkannya lagi.
Saya pernah pulang ke jkt 2 th lalu selama kira2 setengah tahun. Baru sebulan pulang, saya terjebak macet ketika hendak ke depok. Saya pikir lebih cepat naik KRL. Ternyata kereta telat 40 menit! dan lebih apesnya, pas naik kereta, HP baru saya dicopet :( Saya memang tidak waspada sama sekali, maklum mindset saya masih tokyo karena 2 th saya sama sekali tidak pernah pulang ke jkt.
Saya berdoa semoga Indonesia menjadi lebih baik, amin.

 

Post a Comment

<< Home

Pikiran, Ucapan, dan Perjalanan Saya Gambar perjalanan lain, klik disini