<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8495426\x26blogName\x3dPikiran,+Cerita,+dan+Perjalanan+Saya\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://latiefs.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://latiefs.blogspot.com/\x26vt\x3d-3212747536842318622', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Saturday, August 20, 2005

Jalan Sudah Berujung

Rintik masih menitik, ketika arang mulai dipantik. Cuaca memang tak bersahabat di akhir pekan ini. Tapi, salah satu rekan kami di Norwich, Jonathan van Soe, NTT, akan pergi ke Eropa, dan langsung pulang ke tanah air akhir bulan. "Beta sonde bisa hari lain". Karena, the Soe must go on, maka acara harus berlangsung ditengah cuaca tidak bersahabat.

Sebetulnya ada pohon besar tempat berteduh di halaman. Tapi perjanjian dengan pihak kampus, bara api minimal 10 meter dari daun, semeter diatas rumput. Bahkan, kipas angin untuk menolong membesarkan api pun tak boleh digunakan, kecuali kabelnya water proof. Aduh, aturan tak selamanya mengenakkan.

Dengan ketabahan hati, mulailah "Daeng" Latief beraksi membakar sate kambing, kalkun, dan ayam. Di dalam ruangan juga sudah tersaji ikan bumbu kuning, bakwan, onde-onde, rendang. Tak lupa salad dan makaroni schotel. Bukan untuk tamu yang bule, tapi untuk menghargai lidah kami yang sudah setahun di Inggris. Karena kami yakin, para bule itu pasti memilih sate kambing yang eksotis kemerahan dan sedikit gosong, meski itu menambah kesengsaraan mereka karena kepedasan.

Acara berlangsung penuh kegembiraan dan tawa canda. Tapi nun jauh di lubuk hati, terbersit rasa sedih. Bukan tak cinta tanah air dan keluarga. Tapi kekeluargaan yang terbentuk disini juga terasa berat untuk ditinggal. Belum lagi suasana "desa ditengah kota" yang penuh keteraturan. Tiada kemacetan, tiada polusi.

Selain farewell party, suasana menjelang pulang juga kental di rumah. Kondisi kamar sudah tak lagi indah. Sebagian barang-barang mulai masuk kardus. Baik yang akan dibawa pulang lewat shipping, maupun yang akan dilungsurkan kepada pendatang baru.

Hari-hari kemuka masih harus diisi dengan kesibukan menutup rekening, memutus kontrak telepon, internet, mengurus tax refund. Juga mengambil masa mendatangi tempat yang belum sempat disambangi. Macam Skotlandia dan Irlandia Utara. Untuk meredam sedih, kucoba sebuah cara yang tak sepenuhnya mujarab: membayangkan pecel lele, pete, tahu, dan tempe.

3 Comments:

At 4:11 AM, Anonymous Anonymous said...

itu simbah yg bakar2an? ternyata bakat juga buka resto... gratis dong buat aye!? :P

 
At 7:15 AM, Blogger loper said...

hiks .. eyang juga mau mudik ya? atau cuman gerombolan jayus aja yang mudik?

 
At 7:01 AM, Blogger widhi said...

Pulang pulang pulang....tapi pasti akan merasa sulit diawal biarpun kita kangen tanah air ketika di seberang sana...oh tak ada polusi tak ada maet semua teratur...apalagi cem2 an tertinggal...ah sedihnya!

 

Post a Comment

<< Home

Pikiran, Ucapan, dan Perjalanan Saya Gambar perjalanan lain, klik disini