Kabar dari Kober
Genap sepuluh hari tak bersentuhan dengan teknologi internet, ditandai dengan munculnya 700 lebih inbox di emailku. Sedih tak bisa membalasnya satu persatu. Sedih karena “hilang” dari sebuah domain pergaulan.
Tapi apa mau dikata. Tiga hari pertama didera jetlag yang membuat jam tidur terganggu. Sementara kerabat, dan handai taulan yang datang maupun bertelepon, tak hirau dengan kondisi ini. Jadilah krang kring jam 6 pagi, padahal saat itulah kantuk mulai menyerang bersamaan dengan tengah malamnya waktu Norwich. Lantas tiga hari terakhir, perutku yang mendadak dipenuhi gulai kapalo kakap, pecel lele pete tahu tempe, sate padang, batagor, bakso, opor ayam, tiba-tiba protes, berbalik menolak makanan. Sebah, kembung, dan diakhiri muntah (sesuatu yang kutakuti, selain disuntik dan anjing :D)
Belum lagi suhu 32 (nyaris setengah suhu air mendidih) yang membuat kepala menggelegak, melingkupi Depok sepekan terakhir. Sempurnalah kemalasanku. Ini membuatku malas beranjak dari enclave milik engkong Haji Sainan. Aku sebut enclave, karena lokasi kontrakan di jalan Kober ini, hanya seratus meter dari hiruk pikuk jalan Margonda yang tak pernah sepi 24 jam. Berada di balik tembok yang hanya menyisakan jalan pas satu mobil, dilingkari kebun pisang, belimbing, dan rambutan, membuat kawasan ini seperti terpisah dari kebingaran Depok.
Bermain internet berarti harus pergi ke jalan Margonda. Tak rela rasanya meninggalkan kedamaian kecil ini. Pernah kucoba menggunakan telkomnet instant dari rumah. Aduh, boro2 posting, baca aja gak kesampaian. Setelah menunggu dan malah menghasilkan kondisi disconnect, akhirnya kuputuskan saja. Tentu saja dengan perasaan kesal yang kututupi dengan rasa syukur, bahwa aku pernah mendapatkan fasilitas internet tanpa batas waktu.
Sungguh ini bukan kilah, alasan, atau permaafan. Ini hanya sebuah Kabar dari Kober. Kabar pertama setelah seratus lebih kabar dari Gloucester. Kabar ringan ditengah serbuan kabar duka flu burung, demam berdarah, antrian BBM, kelaparan, dan heboh foto telanjang berbungkus seni Anjasmara. Selamat bertemu lagi, juga selamat berpuasa.
8 Comments:
dulu aye panas2 jam 3 siang di depok malah ngupi. rasanya kayak mandi sauna (barangkaliii.. :P)
welkombek bang latief.. kober? margonda? wah, jadi kangen sama pisang bakar margonda.. kayaknya belum kesebut? :P
--> sama2, met menjalankan ibadah ramadhan..
Met Puasa, mohon maaf kalo ade sale-sale kate... Jaga kondisi... semoga sehat selalu, Amiien :)
Membandingkan Telkomnet Instan dengan yang di sana sama saja seperti membandingkan Ferari dengan dokar ya? :)
Tetapi Ilo dan Rani cukup puas dengan akses di rumah tuh, Eyang!
Selamat datang kembali. Mudah-mudahan tidak terlalu lama adaptasinya.
Aduh gang kober gimana khabarnya?...pasti anak kostnya makin banyak...gimana juga dengan gang pepaya???
hmm ... welcome back eyang .. semoga dapat mengatasi krisis di negara yang sedang sakit ini
wah.. pulang kampung yah Eyang? ndak mampir Balikpapan yah?! hehehe..
gimana? udah adaptasi dgn Indonesia blon? semoga tidak apa-apa..
he..he..secara gak sadar, gaya nulis saya ter-influence Eyang, Maaf ya Eyang, cucumu terlalu nge-fans dengan gaya tulisan Eyang....
eyang kung, udah cobain gado2 margonda yang mahal tapi enak? dijamin kembung dan sebah lagi :D
Ngomong2 itu gambar tangan bersalamannya mirip2 logo taxi sepakat deh.. :))
selamat datang di indonesia yang gak cuma panas di luar tapi panas juga di dalam hehehe....
Post a Comment
<< Home