Data Yang Tertata
Gelas sudah tiga kali berganti isi. Coke dingin, berganti ke teh manis panas pakai susu, dan kembali lagi minuman ber-es, es teh manis. Tapi perbincangan kami tak kunjung usai. Tanpa jeda. Mulai dari soal besar, seperti peternakan gajah, hingga hal-hal ringan macam kulakan kerupuk. Entah sudah bahasan keberapa, kami tiba pada soal penyalah gunaan pasword telepon. "Si anu kaget, biaya telponnya bengkak, padahal dia termasuk jarang pakai telpon".
Aku tersentak. Jangan-jangan password telpon dan pasword masuk jaringan komputer Advance News Network (ANN) milikku masih aktif. Olala... setelah kutinggal setahun, dengan status mengundurkan diri, ternyata pasword itu masih aktif. Coba kalau ada tangan jahil, menggunakan pasword itu mengobrak-abrik bahan siap tayang, bisa berabe.
Aku ingat beberapa hari sebelum pensiun dari jabatan cleaner dulu, aku masih disurati soal suntik hepatitis tahap kedua. Hanya seminggu setelah mengundurkan diri, aku konfirmasi tanggal penyuntikan. ENtah kenapa, prosesmya lebih lama dibanding penyuntikan pertama sebulan sebelumnya. Rupanya, dataku sebagai pekerja yang berhak mendapat layanan itu sudah di-delete. Secepat itu. Rumah sakit, sebagai institusi yang memperkerjakan aku, sudah berkordinasi dengan health center, lembaga yang melayani fasilitas kesehatan pekerja. Sungguh penataan data yang bagus.
Hari-hari ini, kepada kita tersaji contoh penataan data yang aca kadut. Penyaluran subsidi langsung tunai, sebagai kompensasi kenaikan harga BBM, kacau dimana-mana. Ada yang miskin beneran tidak dapat. Tapi yang mengaku-aku justru kebagian. Harga minyak di pengecer mengangkasa tak tentu arah, hanya karean Harga Eceran Tertinggi (HET) belum diputus. Kebajikan Gubernur soal tarif baru angkutan mubazir tak dipatuhi. Mungkin karena terburu-buru setelah didera demo, sehingga kebijakan itu tak berbuah kebajikan bagi sebagian orang.
Padahal sumber utama kekisruhan itu, yakni kenaikan harga BBM, sudah digadang-gandang jauh hari. Koq bisa, penentuan HET lelet, pembagian tak karuan, dan penentuan tarif tak arif.
Lalu, suara tok..tok..tok membuyarkan perbincangan kami. Di langkan tegak pria berseragam biru dan perempuan berbaju putih. Ia mengenalkan diri sebagai petugas pengecekan tabung gas, dari perusahaan kongsi kerja Gas Negara. Lhadalah, sejak tiba tengah September lalu, mereka ini orang ke-empat yang datang mengecek gas. Gimana sih penataan data mereka ini, kok bisa-bisanya empat kali datang dalam rentang tiga pekan. Mau marah tak tega. Gimana berharap perusahaan ini memiliki database yang bagus, kalau negara saja tidak memilikinya. Apatah lagi ini puasa, mengendalikan amarah itu penting. Ya gak..
2 Comments:
haha, biasa deh kalo baru sampai dari negeri tertata, ada semacam gegar kembali.. beginilah mbah, negeri simbah. ngangeni kan? :P
Loh mbah, kok bingung, :D disini kan serba manual, kalo gak dibikin manual nanti pejabat2 itu ndak ada proyek lagi donk ;)
Post a Comment
<< Home