Menjelang Sepenggal Jeda
Ada penggal waktu untuk jeda
seperti pohon yang meranggas di musim gugur
saat dedaunan jatuh
pulang ke akar
menjadi pupuk kehidupan
Yudi Latief, Kompas 3 Oktober 2005
Pagi datang berteman kokok ayam, dan sahutan azan. Terkadang aku masih didera kaget, kenapa terang telah tiba di hari sepagi ini. Subuhan, ngopi, sambil melahap koran. Tiada berita yang menyenangkan. Ada berita bom Bali yang semakin lengkap, dengan sapuan analisa Daeng Sul. Bom Bali juga diwarnai perdebatan tentang CCTV dan Badan Anti Teror. Tertarik dengan dua berita ini, karena ini adalah jalan mengurangi aksi kejahatan teror berikutnya. Sayang, makna tulisan itu hanya berputar pada undang-undang dan aturan. Adakalanya, aturan itu memudahkan. Namun sering pula, aturan menjadi perintang. Demi sebuah syahwat.
Salah satunya syahwat perut. Beruntung aku menemukan tulisan Yudi Latief. Sehingga aku bisa mahfum, kenapa benteng hukum, Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung memilih jalan ketamakan. Ketua MA diduga meminta uang suap milyaran dari pengusaha. Kejaksaan Agung menghentikan proses hukum Direktur BNI yang diduga korupsi. Wahai, ketamakan, engkau telah ada dimana-mana.
Besok, puasa datang kembali. Ia tiba ditengah jeritan kepedihan yang telah berganti menjadi lolong. Hidup yang penuh kenisah kesah. Sesekali kita perlu meranggas, membiarkan egosentrisme terbakar, tersungkur sujud, menginsafi kefanaan dan menerbitkan hasrat untuk berbagi, membuka diri penuh cinta untuk yang lain. Semoga Ramadhan ini penuh manfaat. Selamat berpuasa.
4 Comments:
Selamat menunaikan ibadah puasa. Semoga Abang sekeluarga selalu dalam berkah dan rahmat-Nya. Mohon maaf atas segala salah2: ketik, kata, dan tindakan. :-)
ikut prihatin atas issue suap pejabat2 kita :(
Kalo bisa aku gak mau liat koran lagi, isinya gak ada yg membahagiakan hehehehe. Cuma ya itu...kalo gak dibaca kok gatel2 ya eyang? panu kali ;)
met puasa eyang .. semoga tidak ada lobang nya .. karena nambalnya susah :P
Post a Comment
<< Home