<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8495426\x26blogName\x3dPikiran,+Cerita,+dan+Perjalanan+Saya\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://latiefs.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://latiefs.blogspot.com/\x26vt\x3d-3212747536842318622', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>

Thursday, October 06, 2005

Setan Budak Pedagang

Sopir itu melambatkan laju. Tetapi belum sempurna berhenti, ia menancap gas kembali. "Ada setan", teriaknya. Lalu, seratus meter kemuka, ditepikannya mikrolet itu, sambil menunggu perempuan yang tadi melambai. "Kok gak berhenti sih Bang", sergah si perempuan muda.
"Ada setan, gawatlah. Bisa kena go cap", jawabnya santai. Setan yang dimaksudnya, adalah polisi yang mengatur arus di seputaran Bank BCA, dekat Gramedia Depok.

Mendengar logat utaranya, aku nimbrung.
"Kenapa rupanya Lae, kok gak boleh pinggir disitu?"
"Ya gak bolehlah. Itu khan pertigaan. Dekat putaran pula"
"Bisa makin macet ya"
Dia tak menjawab, hanya mengangguk sambil memencet klakson berulang, seolah dengan begitu ia mendapat kelancaran jalan.

Aku senyum. Bersyukur ia mengerti. Memang di area yang dijaga polisi itu, adalah pertigaan Margonda dan jalan Karet. Lalu, ada putaran untuk berbalik arah (U turn). Tapi kenapa tetap melanggar? Mungkin inilah buah paradigma keliru "Jalan raya adalah sarana ekonomi". Bukan sekedar sarana transportasi. Begitu banyak warga --sopir, pengojeg, PKL, pak Ogah-- (juga aparat) yang menggantungkan hidup di jalan raya. Tak ayal, kepatuhan itu pun menjadi sesuatu yang sukar.

Kata abi Quraish Shihab, kepatuhan itu ada tiga tingkatan:
patuh budak: patuh karena takut kepada pengawas, atasan, polisi, tramtib
patuh pedagang: kepatuhan yang mendatangkan keuntungan. Sesaat, semu, dan pura2.
patuh cinta: kepatuhan yang didasarkan kepada kecintaan kepada ketertiban, taat asas.

Mau pilih jadi setan, budak, pedagang, atau pecinta, silakan. Yang penting mari sama2, wujudkan Keep Depok Safety.

image dari sini

3 Comments:

At 2:27 AM, Blogger mpokb said...

mengurai keruwetan jalan raya sulit bang, seperti benang kusut dan membingungkan harus mulai dari mana.. kotanya udah telanjur mateng sih yak.. heheh

 
At 2:23 AM, Blogger danu doank said...

emang depok semakin gak nyaman aja deh, apalagi kalo detos sama margo city udah jadi, bakal makin rumit aja benang macetnya, permisi bang...

 
At 12:13 AM, Anonymous Atasi Wc Mampet Tanpa Sedot said...

menarik dan bermanfaat sekali nih infonya
du tunggu info selanjutnya
terimakasih

 

Post a Comment

<< Home

Pikiran, Ucapan, dan Perjalanan Saya Gambar perjalanan lain, klik disini