<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8495426\x26blogName\x3dPikiran,+Cerita,+dan+Perjalanan+Saya\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://latiefs.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://latiefs.blogspot.com/\x26vt\x3d-3212747536842318622', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Sunday, December 24, 2006

Bukan cuma Smackdown

Aku menyuruhnya lagi. Segelas kopi dan sebungkus rokok pun hadir. Tak lupa ia kubelikan sebungkus rokok juga. Padahal, dulu sepulang dari Inggris aku sudah berniat mengurangi pertolongan office-boy. Tapi, ketika pertama masuk, aku tak menemukan jejeran gelas dan rak kopi di dapur. Mau tidak mau, aku ikut pegawai lain: menyuruh. Lagipula, dengan memerintah mereka, aku punya peluang “menolong”. Recehan sisa uang rokok atau mie ayam, bisa berpindah tangan.

Simpatiku kepada kaum itu, membesar sejak tinggal di Inggris. Disana aku pernah bekerja seperti mereka. Tapi disana, aku tetap dalam posisi terhormat. Managerku saja menyuruh begini: “Abdul, if you have a time, could you please bla..bla..”. Off course aku punya waktu bos. Kalaupun tidak, pastilah aku jawab punya, karena itu tugasku. Aku bawahanmu.

Disini, tak ada yang aneh dengan menyuruh OB, office boy. Itu tugas mereka, disuruh2. Dengarlah theme song komedi OB di RCTI:

OB tolong ini dong..
OB beli itu dong..
OB kesana kemari…


Dan kita pun tertawa. Padahal, kalau dicermati, itu mengajarkan sejak dini, bahwa OB, pembantu, pramuwisma, atau apapun istilah eufemistis lainnya, adalah untuk disuruh2 karena sudah dibayar. Maka, ramailah liburan Idul Fitri, dengan cerita susahnya tidak ada pembantu.

Andai mereka terhormat, baik secara gaji maupun perlakuan, tentu bisa berdampak kepada kehidupan pemerintahan. Ah, kejauhan ’Dul. Bukankah kalau kopi sudah tersedia, pemanas air otomatis, kita tak butuh pembantu. Bukankah jika aturan birokratis tertata baik, kita gak butuh calo, katabelece, dan kolusi dengan orang dalam.

Mungkin kita masih butuh sinetron OB. Sama dengan butuhnya kepada pembantu. Tapi kita tak butuh smack down, sehingga dia harus enyah. Tokh, kekerasan masih bisa kita lihat di program berita sekalipun. Termasuk sinetron OB yang berlabel komedi. Disana ada Odah yang tiap hari mem-bully rekan kerjanya, dan Pak Taka yang kejam kepada anak buah kecuali sang sekretaris yang oon. Push up, kamu..!!

Sunday, December 03, 2006

Pecinta Rima, Pendaki Nunung

Keheningan pagi diganggu teriakan aba-aba. Lapangan kecil di dekat pintu masuk Taman Safari, diramaikan oleh ratusan orang berseragam kaos merah, topi rimba, dan celana gunung. Mereka, peserta lintas alam Trekatlon Kompas 2006, sedang pemanasan dan mendengar petunjuk dokter, sebelum dilemas menyusuri perkebunan dan hutan pegunungan Pangrango, Bogor.

Aku bersama 2 teman kantor, bergabung dalam satu tim di kelas Prestasi. Satu berperawakan gendut, satunya climber, dan aku penggembira. Paduan yang baik, bukan. Ransel sudah terisi 3 botol air mineral, cemilan coklat, juga air isotonik. Semua pembagian panitia, yang pastilah diperkirakan cukup selama perjalanan. Melihat bekal yang sedikit, aku berpikir bahwa jalur tidaklah berat.

Seperti peserta lain, kami pun ikut berlari dari garis start. Tak sampai setengah jam, aku sudah mulai berjalan. Tanjakan membuat nafasku ngos-ngosan. Otomatis 2 temanku pun ikut berjalan. Permainan ini mengutamakan kecepatan dan kekompakan. Udara segar perkebunan teh dan hamparan sawah, membuat paru-paruku membesar. Segar.

Di pos pertama, salah satu temanku mulai terguling. Keringat harus segera tergantikan. Sambil minum kami duduk mengatur nafas. Lepas pos I, tanjakan terjal menyambut. O..oww, temanku si gendut memuntahkan isi sarapan. Terpikir untuk mundur, tapi balik kanan juga sudah jauh. Perlahan kami terus bergerak.

Bertemu petani setempat, membakar semangat. Masak orang2 itu sambil membawa beban saja bisa, kita mundur. Dengan bahasa Sunda, aku ajak ngobrol bapak2 yang sedang menyemprot daun teh. Mungkin ia heran, ada apa pagi ini banyak sekali orang melintas.

Gak tau dia, untuk bisa jalan2 di hutan seperti ini, kami “si orang kota”, harus merogoh kocek 600 ribu perak. Jumlah yang mungkin saja sama, dengan yang ia peroleh selama sebulan. Mungkin ia heran, ada orang mau membayar mahal untuk bisa menjelajahi tebing.

Aku teringat masa kecil. Masa kecilku akrab dengan hutan dan sungai. Sekolah lewat sungai, main di hutan. Tak ada teve, apalagi PS. Di salah satu punggung bukit, sebuah bangunan sedang dikerjakan. Mungkin untuk vila. Hutan dan sawah akan segera berganti dengan bata, baja, dan kaca. Argghh.., tahun 2015 nanti, untuk cross country begini, apakah kami harus lebih jauh lagi ke atas bukit.

Di pos kedua dari 8 pos, kami dapat kabar sudah ada yang finish. Anggota Kopassus yang dulu menaklukkan gunung Everest. Padahal baru 3 jam sejak start tadi. Tak apa, niat awal memang menikmati alam. Seperti yang disampaikan seorang bapak, yang kesakitan karena kram, ”Kita khan cuma pecinta rima, pendaki nunung. Biarlah pecinta rimba dan pendaki gunung yang menang”.

Pukul 5 petang, dibawah hujan rintik, kami akhirnya tiba di finish. Teman kami si gendut, tiba lebih awal. Ia akhirnya dievakuasi. Masih ada 1 pos yang belum kami capai. Tapi karena sudah sore, hadiah saja sudah dibagi, kami dibawa panitia lewat jalan pintas. Meski jalan seharian, rasanya badan kok segar ya. Bapak2, kami rakyatmu butuh hutan, bukan beton..!!!!

Pikiran, Ucapan, dan Perjalanan Saya Gambar perjalanan lain, klik disini